Selasa, 20 Mei 2008

Sulitnya mencari pelajar yang faseh berbahasa jawa.

Dikalangan pelajar bahasa jawa kian luntur

Dikalangan pelajar khususnya SLTA, lambat laun bahasa jawa mulai ditinggalkan dalam bahasa komunikasi keseharian di lingkungan siswa. Ironisnya bahasa jawa yangmenjadi nilai luhur untuk dikembangkan ini jusrtu memunculkan bahasa baru, bahasa proken dengan istilah yang kental budaya pops. Itulah yang membuat Lomba Pidato Bahasa Jawa yang digelar Panitia Hari Jadi 177 Kabupaten Gunungkidul yang dilaksanakan di gedung DPRD, Sabtu seharian kemarin minim peserta.


Namun bukan untuk Haru Ruktini. guru bahasa jawa di SMA Negeri I Karangmojo ini masih terus berupaya menciptakan bahasa jawa untuk tetap dicintai muridnya. Ini terbukti, Haru meng-karbit dua siswanya Lauren Dian Kristanto dan Rahmadiyanto dalam waktu kilat menjadi dua dari 45 peserta.

Bahasa jawa yang mulai tidak di ngtrend dilakangan pelajar SMA ini juga terlihat dari event lomba pidato bahasa jawa tingkat SLTA se Gunungkidul hanya diikuti 45 peserta. Jumlagh tersebut sangat tidak sebanding dengan jumlah SMA-SMK di Gunungkidul baik negeri dan swasta yang mencapai sekitar 98 sekolah. Jika bahasa jawa ini masih menjadi salah satu favorit, pendidik di SMA Negeri Karangmojo I ini yakin pesertanya hamper 200an karena sekolah wajib mengajukan dua peserta untuk lak-laki dan perempuan.

Meski dua jagoannya mendapatkan nomor tampil peserta akhir, Haru tetap setia menunggu Lauren dan Rahmad di ruang loby gedung dewan yang belum juga tampil ke depan tiga dewan juri. Dari mata Haru menyimpan penantian kemenangan dari salah satu jagoannya. “Saya optimis, paling tidak Lauren bakal menang,” imbuh guru ini dengan berkonsentrasi menyaksikan peserta lain yang tampil.

Sesakali harapan Haru menghilang, setelah penampilan peserta lain dinilai lebih berbobot namun optimistis tetap Haru kobarkan dalam diri dua jagoannya, Lauren dan Rahmad yang tampil diurutan akhir. Lebih-lebih ketiga dewan juri lomba pidato bahasa jawa kemarin sengaja dipilih panitia dari guru bahasa jawa beberapa SMA yang juga mengajukan peserta. “Jujur saja, itulah yang membuat saya sempat degdeg sir… kalau kualitas jago saya tidak perlu saya kuatirkan,” kata Haru.

Haru tidak banyak memberi persiapan dua duta SMA Negeri I Karangmojo untuk bertarung dengan peserta dari SMA lainnya. Hanya dua hari untuk mengkarbit Lauren dan Rahmad menjadi mental baja. Paling prinsip surat bernomor 421/800 Dinas Pendidikan Gunungkidul perihal pengiriman peserta baru di terima tiga hari sebelum lomba digelar. “Setelah menerima undangan itu saya kaget karena hanya memiliki dua hari,” keluh Haru tetap mengirimkan peserta.

Sebagai guru mata pelajaran bahasa jawa, yang juga dirasakan guru jawa sekolah lain kini makin kesulitan mencari bibit bintang bahasa jawa di sekolah. “Untuk saat ini, mungkin juga dirasakan semua guru bahasa jawa sulit mencari siswa yang mengerti bahasa jawa,” kata Haru dan guru lain yang hingga saat ini belum mendapat kepastian pemenangnya karena karus menunggu saat puncak hari jadi untuk disebutkan pemenangnya. Namun Haru yakini bahasa jawa sangat dibentuk dari lingkungan keluarga. Bisa dikatakan, bahasa jawa menjadi cermin melihat kehidupan siswa di masing-masing keluarganya. Matur sembah nuwun.


Tidak ada komentar: