Kamis, 22 Mei 2008

Kalangan PNS Belum Paham Program VCT




WONOSARI : Program Voluntary Conselling dan Test (VCT) yang terus digelar Perhimpunan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) Kabupaten Gunungkidul di Gedung Pemkab Gunungkidul pagi kemarin menuai kekecewaan terhadap relawan terhadap kalangan PNS.
Kekecewaan relawan muncul saat program layanan VCT digelar sejak pagi menjadi pusat perhatian baik siswa pelajar sekolah, relawan PMI dan kalangan PNS yang hadir.
“Banyak PNS yang menganggap penyebaran HIV-AIDS ini disebabkan dari satu penyebab saja yakni hubugan seks saja. Stigma itu salah. Dan stigma itu yang memang tengah kita perangi melalui program VCT ini,” kata Issac Tri Oktaviani Direktur PKBI Gunungkidul kepada Harian Jogja, siang kemarin.
Kalangan PNS terdiri bari bapak-bapak yang mendatangi meja pendaftraan relawan PKBI tidak menyambut baik program VCT yang pendaftrannya saat itu depan ruang kerja Sekda Gunungkidul. Sikap PNS tersebut mengesankan test HIV-AIDS hanya sekedar mengkonotasikan bahwa test darah untuk mengetahui positif atau negatif virus HIV-AIDS yang memang mengancam masyarakat mengesankan peserta pernah ‘jajan’ atau serong dengan lain pasangan atau tidak.
“Ini mbak Dia sering gonta-ganti pasangan,” kata seorang PNS berkelakar dengan temannya. Melihat sikap tersebut, para relawan PKBI justru mengambil kesempatan untuk memberikan sosialisasikan program VTC kepada mereka. Namun hal itu justru mengundang kekecewaan karena PNS yangbersangkutan justru langsung kabur saat relawan berusaha memberi penjelasan.
Program VCT menurut Isac Tri sebuah program yang berdasar pada kondisi merebaknya HIV-AIDS yang sudah sampai menyerang lima warag Gunungkidul sebagaimana dalam penelitian Komisi Pemberantasa Aids (KPA) DIY. Program VCT tersebut merupakan konselling gratis dan test darah untuk mengetahui kondisi tubuh terjangkit HIV-AID atau tidak. “Secara prinsip, program VTC ini merupakan program yang mengedepankan hak asasi karena tidak ada paksaan pada klien untuk dilakukan test darah yang memeng hal itu menjadi priovacy seseorang,” kata Isaac.
Selain memberikan layanan konseling dan testing darah, program VTC juga sebagai media sosialisasi mengenal bahaya HIV-AIDS dan cara penularannya. “Kita terus kampanyekan bahwa stigma virus HIV-AIDS didapat pada prostitusi atau pelacuran, dan hubungan seks itu stigma yang salah,” tambah Novan relawan PKBI kepada Harian Jogja, keamrin.
Namun, menurut Issac, alat medis, jaru tusuk, bahkan alat cukur pun bisa jadi menjadi media penularan HIV-AIDS. Atas program ini, Buapti Gunungkidul Hj Badingah Ssos menyambut baik konsentrasi PKBi terhadap bahaya HIV-AIDS yang mengancam Gunungkidul.
Pada kesempatan tersebut, Pemkab menggelar aksi donor darah di lantai II Gedung Pemkab Gunungkidul. Dari aksi sosial ini terkumpul sekitar 200an kantong darah yang dinyatakan steril dan siap disalurkan bagi yang membutuhkan. Kalangan PNS, pelajar, dan pegawai swata rela berantri untuk menyumbangkan darahnya. Pantauan Harian Jogja terdapat dua siswa yang sempatmengalami pingsan usai mendonorkan darahnya dalam serangkaian kegiatan Hari Jadi Gunungkidul ke 177.

Tidak ada komentar: