Kamis, 29 Mei 2008

Harga Bahan Pokok justru Turun

Pengusaha Tangki Air Masih Bingung

Oleh Endro Guntoro
HARIAN JOGJA
Wonosari – Kenaikan harga BBM yang diberlakukan pemerintah seakan menjadi peluit awal menandai harga kebutuhan lain juga naik. Namun bukan untuk harga kebutuhan pokok di Pasar Argosari Wonosari, Minggu (25/5) kemarin justru mengalami penurunan harga.
Ini telihat dari sejumlah barang seperti diantaranya jenis cabe merah justru mengalamipenurunan harga sampai Rp 4000 dari harga sebelum kenaikan BBM yang mencapai Rp 16 000 per kg. Sama halnya dengan harga cabe keriting dari harga sebelumnya Rp 18000 per kg setelah kenaikan BBm justru turun menjadi Rp 15000 per kg.
"Saya juga ndak tahu persis kok harga-harga malah turun. Ini ada apa," kata Margiyanto salahs atu pedaganag bumbon di lantai I Pasar Argosari, kemarin.
Selain cabe, Margiyati menambhakan bahan kebutuhan lain yang juga turun mengalami harga turun adalah harga telor justru turun Rp 1000 dari semual Rp 12.000 per kg menjadi Rp 11.000 per kg. Untuk cabe riwit, mengalami penurunan yang cukup drastis semula harga perkilomnya sempat Ro 14 ribu per kg pasca kenaikan BBM turun menjadi Rp 9000 per kg.
Pada kesempatan yang sama, Sugirah pedagang Pasar Argosari kepada Harian Jogja menambahkan tiga jenis bahan kebutuhan yang justru mengakami kenaikan harga diantaranya bawang merah dan bawang putih. Menurutnya, harga bawang putih sebelumnya sampai Rp 5000 per kilo kini turun menjadi Rp 3000 per kg. sedang untuk harga bawang merah measih mengalami harag stabil di Rp 10000 per kgnya.
Pedagang Tangki Air Masih Bingung
Terpisah, paguyuban pedagang tangki air yang tergabung dalam Paguyuban Ngudi Lestari di sumurbor jalan Baron tepatnya di Tegalsari Wonosari masih terlihat kebingungan atas kenaikan BBM. Musyawarah yang dilaksankan lebih dari sekali di intern pengurus dan anggota paguyuban tak kunjung membuahkan harga final untuk tariff penjualan tangki air per 5000 liter untuk diberlakukan ke beberapa daerah krisis air di Gununkidul.
"Sampai sat ini harga belum mencapai finasl. Kita masih akan teru smembahas lagi, karena harus melibatkan semua pihak termausk sopir tangki," kata Suharno salah satu pengurus paguyuban di temui Harian Jogja, di sumur pompa tempat para tangki air antre.
Harno mengaku meski sudah terdapat harg asementara namuan harag tersebut belum resmi diberlakukan dengan alasan haragtersebut masih belum pas dengan nilai keuntungan sekaligus respon konsumen petani dan warag di daerah krisis. "Ini memang sudah diprint, namun jangan disebarkan dulu karena belum finasl dan kami akan membahasnya lagi," kata Harno sambil meminta kembali salinan daftar harga baru air yang sebelumnya diserahkan salah satu anggota peguyuban kepada Harian Jogja.
Namun demikian pantau Harian Jogja selama sekitar satu jam di pangkalan air di paguyuiban Ngudi Lestari kemarin distribusi air ke sejumlah wi;layah kekekringan cukup lancar.
Lantas menggunakan harag adari kesepakatan apakah tangki air berkapasitas 5000 liter ini dijual kepada warga yang mengalami kekeringan di berbagai daerah? Suharno tidak bis amenjawab pasti. Namun pihkanya terpaksa masih menggunkana perkiraan yang tidak tertulis. "Ya kalau dirasa masih untung bagi kita pokojnya kita siap kirim. Untuk keniakan hraga belum bisa kami sebutkan,’ imbuh Harno menolak daftar harga air untuk dipublikasikan.

Tidak ada komentar: