Selasa, 20 Mei 2008

AIDS Serang 5 Warga Gunungkidul

Satu Pengindap Aktif Donor Darah

GUNUNGKIDUL – Pemerintah Kabupaten Gunungkidul nampaknya harus lebih konsentrasi terhadap masalah dan bahaya HIV-AIDS. Lima warga Gunungkidul dipastikan positif mengindap virus yang belum ditemukan obatnya ini.

Issac Tri Octaviati SAnt selaku Directur Perhimpunan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) Kabupaten Gunungkidul memastikan HIV-AIDS sudah menjangkau warga Gunungkidul.

“Data 5 warga Gunungkidul terkena AIDS ini kita temukan dari data Komisi Pemberantasan AIDS (KPA) DIY tahun 2007 lalu. Untuk itulah perlu segera disikapi semua pihak,” kata Issac kepada Harian Jogja, Sabtu (19/5) di sela-sela pemeriksaan HIV AIDS di Puskesmas I Wonosari.

Dari data KPA DIY menunjukkan lima warga Gunungkidul positif mengindap AIDS, dua diantaranya sudah meninggal beberapa bulan lalu. Sedang tiga pengindap masih dalam pemantauan. Lebih unik lagi, sampai hari ini satu pengindap AIDS belum mengetahui kondisi tersebut dan masih aktif mengikuti aksi sosial donor darah. Namun demikian, untuk kepentingan pemantantauan dan konseling, PKBI tidak bersedia menyebutkan identitas lima warga.

“Untuk kepentingan konseling, identitas tidak bisakami sebutkan namun dipastikan satu penderita sampai saat ini masih aktif mendonorkan darahnya setiap ada aksi donor. Namun begitu hasilnya langsung diamankan,” tambah Issac. Lebih menguatirkan, data KPA DIY menunjukkan bahwa upaya mengidentifikasi pengindap HIV-AIDS selalu menggunakan perbandingan 1 banding 100. “Artinya, jika ada satu pengindap AIDS sebenarnya sudah 100 orang yang terkena,” jelas aktivis HIV-AIDS.

Melihat kondisi inilah. meski PKBI Gunungkidul baru nampak aktivitasnya di awal tahun ini, siang keamrin menggelar program VCT (Lolentary Conselling & Testing) bagi ibu hamil yang dipusatkan di Puskesmas Wonosari I di Karangrejek. Program VCT tersebut merupakan konselling gratis dan test darah untuk mengetahui kondisi tubuh dan negatif dan positif HIV-AIDS.

“Secara prinsip, program VTC ini merupakan program yang mengedepankan hak asasi karena tidak ada paksaan pada klien untuk dilakukan test darah yang memeng hal itu menjadi priovacy seseorang,” katanya. Selain memberikan layanan konseling dan testing darah, program VTC juga sebagai media sosialisasi mengenal bahaya HIV-AIDS dan cara penularannya. Acara yang dilaksanakan di Pukesmas kemarin didominasi kalangan ibu rumah tangga dan ibu hamil yang langsung mengikuti test darah untuk mengetahui hasilnya.

Yuni Astuti (21) seorang ibu muda warga dusun Kamal kelurahan Wunung Wonosari mengaku tidak akan malu mengikuti testi darah. “Justru saya harus ikut. Karena inipenting bagi anak saya yang masih di dalam kandungan,” kata ibu muda yang hasilnya negatif ini.

Lebih spesifik, Issac menegaskan bahwa program yang tengah dilakukan ini lebih tertujuan sebagai upaya melawan dan menghapus stigma bagi pengindap HIV-AIDS. “Kita terus kampanyekan bahwa stigma virus HIV-AIDS didapat pada prostitusi atau pelacuran, stigma ini salah besar,” jelasnya. Menurut Issac, alat medis, tusuk jarum, bahkan alt cukur pun dapat menjadi media penularan HIV-AIDS. Kegitaan sosialisasi ini akan dilakukan PKBI secara bergiliran ke beberaapa daerah di Gunungkidul untuk melawan stigma HIV-AIDS. (gun)

Tidak ada komentar: