Kamis, 29 Mei 2008

PKBI Gunungkidul Ajak Protes Dokter dan Bidan

Oleh Endro Guntoro
HARIAN JOGJA

WONOSARI : PKBI Gunungkidul mengajak masyarakat untuk tidak segan-segan menegur dokter dan bidan dalam menjalankan praktek medis. Teguran pasien terhadap bidan, dokter dan tenaga medis lain ini menjadi hak pasien untuk selamat dari bahaya penularan HIV-AIDS yang berpeluang menular melalui jarum suntik bekas pasein lain.
“Kami mengajak pasien untuk tidak segan-segan menegur dokter dan bidan sebelum mendapat suntikan,” kata Isac Tri Oktavia Directur PKBI Gunungkidul kepada Harian Jogja, kemarin.
Teguran untuk dokter dan bidan atau tenaga medis ini diharap sudah menjadi kebiasaan pasien penyakit apapun. Untuk itulah tidak perlu takut jika teguran dokter dan bidan ini bakal marah. “Ingat itu hal kita sebagai pasien untuk mengawasi tenaga medis kita yang selama ini sulit dikontrol,” tandas Issac.
Ajakan menegur dokter, bidan dan tenaga medis sebelum menggunakan suntik ini, menurut Issac, sudah menjadi hak pasien. Mengingat prosedur dan ketetapan (protap) medis dan kode etik dokter harusnya terbuka dalam membuka segel suntik dan harus diketahui pasien.
Ditambahkan Novan, selaku relawan Komisi Pemberantasan Aids (KPA) DIY tidak dipungkiri lagi bahwa penyebaran virus aids di DIY sangat banyak ditentukan dari penggunakan jarum suntik medis yang digunakan untuk pasien yang berbeda. “Jadi pasien itu memiliki hak menolak dokter yang ceroboh dalam penggunakan jarum suntik tidak baru atau bekas pasien lain. Biasakan menegur,” tandas Novan.
Tidak dipungkiri, daripengamatan KPA DIY sampat pertengahan tahun ini, lanjut Novan, terdapat puluhan kasus penyebaran HIV-AIDS ditemukan melalui sterilisasi peralatan medis termasuk suntik dan jarum suntik.
Lantas Siapakah yang akan memantau praktek dokter atau bidan yang hanya menggunakan satu alat untuk banyak pasien? PKBI dan KPA DIY tegas menyatakan masyarakat dan pasienlah yang langsung sebegaipengawas dokter dan bidan nakal itu. (HARIAN JOGJA / end)

Tidak ada komentar: