Minggu, 01 Juni 2008

Kasus TBC Naik, Bupati Terbitkan Surat Larangan Merokok

Foto : Masyarakat banyak yang tidak mengetahui bahwa 31 Mei merupakan Hari tanpa tembakau sedunia. Kalangan anak muda merasa kesulitan untuk meninggalkan kebiasaan hidup tanpa merokok. Mereka mengaku sudah menjadi pecandu berat.
(HARIAN JOGJA/ENDRO GUNTORO)


Hari Bebas Tembakau (31 Mei) Belum Dapat Direspon

Oleh Endro Guntoro
HARIAN JOGJA
WONOSARI : Hari tanpa tembakau se dunia yang jatuh pada hari ini (31/5) belum mendapat respon positif dari masyarakat. Hal itu menunjukkan posisi masyarakat penikmat rokok sudah dalam level pecandu berat.
Pantauan disejumlah kalangan anak muda, selain belum mengetahui Hari bebas tembakau 31 Mei hari ini, pecandu rokok mengaku keberatan untuk menghentikan kebiasaan mengkonsumsi asap dari tembakau rokok.
Handi salah satu pemuda warga Purbosari desa Wonosari ditemui Harian Harian Jogja, Jumat (30/5) siang kemarin mengaku tidak hafal persis kapan hari bebas tembakau se dunia diperingati. “Dengar sih pernah pernah tapi kapan saya tidak tahu,” kata Handi yang mengaku perokok berat sejak duduk di kelas I SMP di Wonosari.
Terpisah, Ridwan pemuda lain warga Sambipitu Kecamatan Patuk Gunungkidul juga mengaku kesulitan unutk berhenti dari kesehariannya menghisap merokok. “Dalam sehari sebungkus rokok bisa habis bahkan bisa lebih kalau ada lemburan kerjaan,” ungkap pegerja swasta yang mengaku selalu menenteng rokok.
Bukan saja menjadikan perokok aktif, asap rokok dipercaya membuat orang lain yang tidak merokok menjadi perokok pasif. Ervinamurti, salah satu guru SD mengaku resah dengan keberadaan perokok yang tempat umum yang acapkali menyebabkan dirinya sesak nafas. n“Saya selalu batuk saat dibus ada yang menyalakan rokok,” kata guru yang mengaku pulang pergi naik bus.
Sementara itu data yang dihimpun harian Jogja di Dinas Kesehatan Pemkab Gunungkidul menunjukkan penderita TBC di Gunungkidul dalam dua tahun mengalami peningkatan yang cukup drastis. Sejak tahun 2003 Dinkes mencatat penderita TBC di Gunungkidul rata-rata masyarakat usia produktif yakni antara 24 sampai 25 tahun.
Azis staf bagian pengendalian penyakit menular Dinkes menambahkan data 2003 sampai 2007 penderita TBC makin bertambah. Data Dinkes menunjukkan, suspect TBC sejak tahun 2003 sebanyak 460 orang dimana tahun 2003 diketahui positif TBC 11, 67 %, tahun 2004 naik menjadi 19, 53 %, tahun 2005 naik 41,61 %, tahun 2006 39,9 % dan terakhir diketahui tahun 2007 mencapai kenaikan sampai 44,9 %.
Sejak tahun 2004, kecamatan Girisubo sebagai kecamatan tertinggi ditemukan penderita TBC. Sedang ditahun berikutnya TBC sudah merata untuk semua kecamatan. Untuk tahun ini, Kecamatan Wonosari sebagai ibu kota Kabupaten Gunungkidul menempati angka tertinggi penderita TBC.
Beberapa upaya telah dilakukan Diknas Gunungkidul untuk memerangi bakteri bernama mikrobakterium tubercolusa yang penyebarannya salah satunya melalui percikan air ludah. Meski TBC rawan diderita masyarakat dari sosal ekonomi menengah kebawah namun trend TBC ditahun terakhir juga menjangkau kalangan ekonomi atas.
Melalui penyuluhan dan pemeriksaan screening aktiv, Dinkes membentuk Kader Perkumpulan Pemberantasan Tubercolusisparu Indonesia (PPTI) yang aktif melakukan pendampingan terdapat penderita TBC yang telah teridentifikasi dengan kegiatan pantauan minum obat yang dipersiapkan secara gratis. Untuk menggiatkan penyuluhan dan pendampingan terhadap masayarkat dan penderita TBC, setiap kader disiapkan adanay bonus insentif baikuntuk kader yang menemukan penderita TBC maupun berhasil menyembuhkan.
Sementara itu, Pemkab Gunungkidul melalui Surat Edaran Bupati menghimbau kepada jajaran PNS disemua SKPD untuk tidak merokok ditempat umum, khususnya pada peringatan Hari Bebas Tembakau se Dunia, hari ini.
“Kami sudah menerima surat edaran itu dan langsung kami tindaklanjuti dengan penempelan larangan larangan merokok dikomplek kantor inkom. Kami menghimbau kepada jajaran staf kami agar merokok di tempat khusu,” kata Kepala Kantor Inkom CB Supriyanto kepada Harian Jogja.

Tidak ada komentar: